CPOPC Mendukung Pengembangan Biofuel Berbasis Minyak Sawit

CPOPC Mendukung Pengembangan Biofuel Berbasis Minyak Sawit

21 Feb, 2019

CPOPC Mendukung Pengembangan Biofuel Berbasis Minyak Sawit

Dari lima negara produsen Crude Palm Oil (CPO) utama, Indonesia dan Malaysia menempati peringkat pertama dan kedua dengan jumlah produksi pada 2018 masing-masing sebanyak 41,5 juta ton dan 20,5 juta ton. Dengan semakin berkembangnya teknologi produksi bahan bakar nabati dan produksi CPO yang semakin meningkat, Indonesia dan Malaysia sangat berpotensi memainkan peran penting dalam industri bahan bakar terbarukan (renewable energy). Hal ini terungkap dalam pertemuan CPOPC (Council of Palm Oil Producing Countries) di Johor Baru, Malaysia, 12 Februari 2019 yang juga dihadiri oleh PPKS.

 

 

Pertemuan CPOPC (Council of Palm Oil Producing Countries) di Malaysia

 

 

Penggunaan biofuel akan menjadi salah satu upaya mengurangi konsumsi bahan bakar fosil (fossil fuel). Saat ini, Malaysia sudah mewajibkan implementasi Biodiesel 10% (B10) untuk sektor transportasi dan B7 untuk sektor industri. Namun, Indonesia selangkah lebih maju dari Malaysia. Pemerintah Indonesia mewajibkan pemanfaatan B20 untuk 2016–2020 dan pemanfaatan B30 hingga 2025. Dukungan pemerintah Indonesia juga terlihat pada roadmap pemanfaatan biofuel dengan meningkatkan persentase kandungan biodiesel dari minyak sawit secara bertahap. Bahkan riset B50 kini sedang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan mendapat sambutan positif dari pemerintah. B50 merupakan campuran 50% biodiesel murni dari minyak sawit dan 50% solar. PPKS memproduksi biodiesel dari minyak sawit melalui proses transesterifikasi, suatu reaksi kimia antara trigliserida dari minyak sawit dengan metanol. Proses ini membutuhkan katalis bersifat basa untuk meningkatkan daya larut saat reaksi berlangsung. Transesterifikasi akan menghasilkan metil ester dan gliserol. Metil ester inilah yang membentuk biodiesel.

Selain transesterifikasi, teknologi lain untuk produksi biofuel adalah proses cracking, yaituproses pemecahan hidrokarbon kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana. Proses cracking mampu mengubah minyak sawit menjadi fraksi diesel, kerosin, dan gasolin. Biofuel yang dihasilkan dari proses cracking memiliki sifat yang mirip dengan fossil fuel sehingga sangat berpotensi menjadi sumber energi terbarukan. PPKS telah berhasil mengembangkan teknologi cracking untuk produksi biofuel dalam skala lab dan akan segera memulai proses pembangunan pabrik skala pilot plant.

Share Article:

Previous Post Next Post

Other News